Arsip

All posts for the day Juli 31st, 2012

PENDEKATAN SISTEM DALAM TEKNOLOGI PENGAJARAN

Published 31/07/2012 by syerelmediapembelajaran

PENDEKATAN SISTEM DALAM TEKNOLOGI PENGAJARAN

Pendekatan sistem bidang- bidang pendidikan dan latihan, bila ditelusuri sejarahnya, sebenarnya ditemukan oleh Departemen Pertahanan AS dalam membangun angkatan perangnya, kemudian dimanfaatkan dalam bidang produksi komoditas industry. Aplikasinya terhadap bidamg tersebut telah berhasil dengan baik dalam membantu para manajer dalam merencanakan pengorganisasian seluruh staf dan mengendalikan berbagai sumber untuk mencapai seperangkat tujuan. Pendekatan sistem merupakan alat pengelolaan yang bisa membantu manajer dalam menguji seluruh aspek permasalahan, mengubungkan pengaruh seperangkat keputusan yang satu terhadap keputusan yang lainnnya.

            Pendekatan sistem dalam pendidikan, bila dipergunakan secara hati-hati dan penuh perhitungan, sangat bermanfaat, yaitu antara lain:

  1. Hasil akhir suatu program pendidikan dan latihan sudah bisa diramal kemampuannya dalam mencapai hasil yang dikehendaki.
  2. Hasil akhir suatu program pendidikan dan latihan dapat diperbaikai dan disempurnakan berdasarkan infromasi yang diperoleh dari para siswa dan guru pada awal upayanya.
  3. Hasil akhir terdiri dari berbagai bentuk pengalaman belajar yang dihubunkan dengan prosedur pengajaran dan teknik-teknik evaluasi.
  4. Setiap bagian dari hasil akhir itu bisa dijelaskan dan keterangannya dapat dikemukakan pada saat itu juga.

Dengan demikian maka pendekatan sistem pada pengajaran dapat diartikan sebagai suatu cara yang sistematis dalam mengidentifikasikan, dan mengevaluasi seperangkat materi dan strategi instruksional yang diarahkan pada pencapaian tujuan pendidikan yang penting {Twelker. 1972:1}

  1. 1.      Model Pengembangan Sistem Pengajaran

Model PPSI

Prosedur Pengembangan Sistem Intelektual atau PPSI merupakan perwujudan dari penerapan pendekatan sistem ke dalam sistem pendidikan kita, khusus dalam kurikulum SD, SMP, SMA dan SMK. Istilah “sistem instruksional” yang dipergunakan dalam PPSI menunjukan makna sistem, yaitu sebagai kesatuan yang terorgansisasi, yang terdiri dari sejumlah komponen yang saling bergantung satu sama lain dalam rangka mencapai tujuan yang telah dirumuskan sebelumnya. Sebaau suatu sistem, PPSI mengandung sejumlah komponen, antara lain materi, metode, dan evaluasi yang saling betinteraksi satu sama lain dalam mencapai tujuan pengajaran yang telah dirumuskan sebelumnya.

            Pengembangan sistem instruksional PPSI mempunyai Lima langkah pokok. Langkah pertama sampai keempat adalah kegiatan pelaksanaan program, sedangkan langkah kelima merupakan kegiatan pelaksanaan program yang telah disusun secara sistematis.

            Langkah pertama, adalah merumuskan tujuan intruksional khusus. Tujuan intruksional khusus merupakan rumusan mengenai kemampuan atau perilaku yang diharapkan dimiliki oleh para siswa sesduah mengikuti suatu program tertentu. Langkah kedua adalah menyusun alat evaluasi berdasarkan tujuan-tujuan instruksional. Fungsi evaluasi adalah untuk menilai sejauh mana para siswa telah menguasai kemampuan-kemampuan yang telah dirumuskan dalam tujuan instruksional khusus. Langkah ketiga adalah menentukan kegiatan belajat mengajar. Langkah keempat adalah merencanaka program kegiatan belajar mengajar dan Langkah kelima adalah melaksanakan program belajar mengajar melalui tiga fase, yaitu mengadakan prates dan evaluasi atau pascates.

Model Gerlach dan Ely

Model ini digunakan untuk menyusun perencanaan pengajaran dengan menggunakan sepuluh komponen yang harus terdapat didalam proses belajar mengajar. Komponen-komponen tersebut adalah:

  1. Perumusan tujuan instruksional secara spesifik
  2. Pemilihan materi dan ini pelajaran
  3. Penilaian perilaku awal siswa
  4. Penentuan strategi yang dipergunakan oleh guru
  5. Pengorganisasian para siswa ke dalam kelompok
  6. Pengadaan waktu
  7. Penyediaan ruangan belajar atau kelas
  8. Penyediaan sumber belajar yang tepat
  9. Penilaian penampilan siswa
  10. Penganalisisan umpan balik.

 Model Bela H. Banathy

Model ini ditujukan bagi para pengembang sistem instruksional, urutannya dapat dilukiskan sebagai berikut:

            Langkah pertama merumuskan tujuan isntruksional khusus, yaitu pernyataan mengenai kemampuan yang diharapkan dari para siswa dalam bentuk perilaku tertentu sesudah mereka mengikuti program pengajaran. Langkah kedua mengembangkan tes berdasarkan tujuan yang dikehendaki. Langkah ketiga  menganalisis dan merumuskan kegiatan belajar setelah merumuskan tujuan instruksional khusus dan mengembangkan alat evaluasi. Langkah keempat  merancang sistem pengajaran. Langkah kelima melaksanakan dan mengimplementasikandan mengontrol kualitas hasil. Langkah keenam  mengadakan perbaikan berdasarkan hasil-hasil yang diperoleh dari evaluasi.

Model Jerold E. Kemp

Model ini merupakan sistem pengajaran yang sedrhana yang terdiri dari delapan langkah.

            Langkah pertama  merumuskan tujuan instruksional umum, yaitu tujuan yang hendak dicapai dalam mengajarkan pokok bahasan. Langkah kedua menganalisa karakteristik siswa guna mengetahui latar belakang pengetahuan dan sosial-budaya yang memungkinkan mereka dapat mengikuti program pengajaran serta langkah-langkah apa yang perlu diambil. Langkah ketiga merumuskan tujuan instruksional khusus, spesifik, operasional, dan terukur. Langkah keempat menentukan bahan pelajaran sesuai dengan tujuan instruksional khusus yang telah dirumuskan. Langkah kelima  menentukan prates untuk mengetahui sejauh mana para siswa telah memenuhi prasyarat belajar yang dituntut untuk mengikuti program. Langkah keenam menentukan strategi-strategi belajar mengajar dan sumber belajar yang sesuai dengan tujuan instruksional khusus. Langkah ketujuh  mengkoordinasikan sarana penunjang yang diperlukan meliputi biaya, fasilitas, peralatan, waktu dan tenaga.  Langkah kedelapan mengadakan evaluasi guna mengontrol dan mengkaji keberhasilan program pengajaran secara keseluruhan yang meliputi siswa, program pengajaran, instrument evaluasi, dan strategi pengajaran.

 Model IDI {Instructional Development Institute}

Pengembangan sistem instrukional model IDI ini terdiri dari tiga tahapan besar, yaitu merumuskan/ define, mengembangkan/ develop, dan menilai/evaluate. Memiliki Sembilan fungsi.

            Fungsi pertama adalah mengidentifikasi masalah dengan cara menilai kebutuhan. Fungsi kedua adalah menganalisa keadaan yang meliputi karakteristik siswa, kondisi belajar serta sumber-sumber belajar yang relevan. Fungsi ketiga adalah mengatur pengelolaan berbagai tugas, tanggung jawab, serta waktu. Apa yang harus dikerjakan, oleh siapa, dan kapan dikerjakan. Fungsi keempat adalah mengidentifikasi tujuan instruksional yang hendak dicapai. Fungsi kelima adalah menentukan metode instruksional sebagai upaya untuk mencapai tujuan instruksional. Fungsi keenam adalah menyususn protipe program instruksional sesuai dengan tujuan instruksional khusus yang telah dirumuskan sebelumnya. Fungsi ketujuh adalah mengadakan uji coba protipe program instruksional kepada beberapa orang rekan sebagai sampel. Fungsi kedelapan adalah menganalisa hasil uji coba dari program protipe  instruksional. Fungsi kesembilan adalah pelaksanaan atau implementasi bilamana menurut hasil analisa uji coba prototype program instruksional sudah memadai atau telah diperbaikai.

 2. Model Teknologi Pengajaran Terhadap Pola-Pola Mengajar

Aplikasi pendekatan sistem dalam teknologi pengajaran memberikan pengaruh terhadap pola-pola pengajaran. Adanya berbagai komponen-komponen sistem pengajaran dan kombinasi diantara komponen-komponen sistem itu merupakan salah satu bentuk pengaruh tersebut. Berikut ini adalah pola-pola pengajaran yang bersifat tradisional. Dalam pola ini guru memegang peranan utama dalam menentukan isi dan metode pengajaran, termasuk dalam menilai kemajuan siswa. Jadi dalam pola pengajaran tradisional, guru merupakan satu-satunya sumber belajar.

Dalam praktek tidak dijumpai pola pengajaran yang ekstrim, sebab pola pengajaran tersebut saling melengkapi satu sama lainnya. Secara operasional penerapan pola pengajaran mempunyai ciri-ciri sebagai berikut.

  1. Adanya sarana fisik yang mengantarai penyajian materi pengajaran.
  2. Kegiatan pengajaran merupakan sistem dimana sara fisik merupakan komponen terpadu
  3. Adannya serangkaian pilihan yang menghendaki perubahan fisik tempat dan cara belajar.

      Pengaruh lain dari teknologi pengajaran di dalam pendidikan adalah timbulnya perubahan dalam tingkat pengambilan keputusan pengajaran pada waktu media pengajaran dipandang sebagai alat bantu semata-mata. Perubahan dalam berbagai unsur dalam proses pendidikan misalnya:

  1. Isi kurikulum ditentukan bersama oleh pengembang bahan dan sistem pengajaran dengan ahli bidang studi
  2. Pola pengajaran tidak didasarkan atas interaksi guru-siswa saja, tetapi juga ada yang berinteraksi dengan media
  3. Evaluasi pengajaran lebih luas maknanya, yaitu selain menilai kemajuan belajar siswa, juga menilai tingkat keefektifan programnya.
  4. Peranan guru menjadi berubah, tidak lagi sebagai penyaji pelajaran, tidak lagi sebagai penyaji pelajaran, tidak membuat bahan pelajaran, dan tidak lagi menentukan nilai kemajuan siswa. Kewajiban utamanya adalah memberikan pengarahan, keteladanan, serta membangkitkan motivasi belajar kepada para siswa
  5. Adanya realokasi dana pendidikan memungkinkan penggunaaan biaya yang lebih efektif serta efisien
  6. Adanya keleluasaan dalam penggunaan lingkungan belajar, tidak terbatas pada ruangan jelas semata-mata.

SUMBER BELAJAR SEBAGAI KOMPONEN SISTEM PENGAJARAN

Published 31/07/2012 by syerelmediapembelajaran

SUMBER BELAJAR SEBAGAI KOMPONEN SISTEM PENGAJARAN

Sumber belajar dalam artian sempit adalah,  misalnya, buku-buku atau bahan-bahan tercetak lainnya. Pengertian sumber belajar tersebut sama sempitnya bila diartikan sebagai semua sarana pengajaran yang dapat menyajikan pesan secara auditif maupun visual saja, misalnya OHP, slides, video, film, dan perangkat keras (hardware) lainnya. Pengertian yang luas tentang sumber belajar diberikan oleh Edgar Dale yang menyatakan bahwa pengalaman itu adalah sumber belajar. Sumber belajar belajar merupakan segala daya yang dapat dimanfaatkan guna memberi kemudahan kepada seseorang dalam belajarnya.

Klasifikasi sumber belajar berdasarkan yang dirancang atau learning resources by de sign, learning resources by de sign, yakni sumber belajar yang sengaja direncanakan, disiapkan untuk tujuan pengajaran tertentu. Sedangkan jenis sumber belajar yang dimanfaatkan atau learning resources by utilization, resources by utilization, yakni sumber belajar yang tidak direncanakan atau tanpa diperiapkan terlebih dahulu, tetapi langsung dipakai guna kepentingan pengajaran, diambil langsung dari dunia nyata. Kedua macam sumber belajar itu sama efektifnya, bergantung pada bagaimana pemanfaatan dalam proses belajar.

Klsifikasi lain yang bisa dilakukan dalam sumber belajar :

  1. Sumber belajar tercetak (buku, majalah, brosur, koran, dll
  2. Non cetak (film, slides, video, model, objek, transparansi, dll
  3. Berebntuk fasilitas (perpustakaan, ruangan belajar, carrel, dll)
  4. Berupa kegiatan (wawancara, kerja kelompok, observasi, dll)
  5. Lingkungan masyarakat (taman, pasar, terminal, toko, pabrik, dll)

Komponen-komponen sumber belajar diantaranya :

  1. Tujuan, misi, atau fungsi sumber belajar.
  2. Bentuk, format, atau keadaan fisik sumber belajar.
  3. Pesan yang dibawa oleh sumber belajar
  4. Tingkat kesulitan atau kompleksitasny pemakaian sumber belajar.

Faktor-faktor yang berpengaruh kepada sumber belajar perlu diketahui untuk memahami karaketristikny agar pemanfaatannya dalam kegaiatan pengajaran bisa optimal. Faktor tersebut mncakup perkemabnagan teknologi, nilai-nilai budaya setempat, keadaan ekonomi pada umumnya, dan keadaan pemakai.

Memilih sumber belajar harus didasarkan atas kriteria tertenttu yang secara umum terdiri dari dua macam ukuran, yaitu kriteria umum atau ukuran kasar dan kriteria berdasarkan tujuan yang hendak dicapai.

Memanfaatkan berbagai sumber belajar baik yang dirancang (by de sign) maupun yang digunakan (by utilization) untuk maksud kegiatan belajar-mengajar, sebaiknya didasarkan pada bagan arus flowchart yang telah dipersiapkan terlebih dahulu.

PENGEMBANGAN TEKNOLOGI PENGAJARAN

Published 31/07/2012 by syerelmediapembelajaran

PENGEMBANGAN TEKNOLOGI PENGAJARAN

  1. 1.      Alat Bantu Visual

Alatbantu visual dalamkonseppengajaran visual adalahsetiapgambar, model, benda, ataualat – alat lain yang memberikanpengalaman visual yang nyatakepadasiswa. Alatbantu visual bertujuanuntuk:

  1. Memperkenalkan, membentuk, memperkaya, sertamemperjelaspengertianataukonsep yang abstrakkepadasiswa.
  2. Mengembangkansikap-sikap yang dikehendaki.
  3. Mendorongkegiatansiswalebihlanjut.

Konseppengajaran visual didasarkanatauatasasumsibahwapengertian-pengertian yang abstrak dapat disajikan lebih konkretataunyata. Namun adapun beberapa kelemahan sehubungan dengangerakan pengajaran visual itu, antaralan:

  1. Terlalumenekankanbahanbahanvisualnyasendiridengantidakmenghiraukankegiatan-kegiatan lain yang berhubungandengandesain, pengembangan, produksi, evaluasi, danpengelolaanbahan-bahan visual.
  2. Bahan visual dipandangsebagai “Alat-bantu” semata-matabagi guru dalammelaksanakankegiatanmengajarnyasehinggaketerpaduanantarabahanpelajarandanalat bantu tersebutdiabaikan,
  3. 2.      Alat Bantu Audiovisual

Alatbantu audiovisual bermaknasejumlahperalatan yang dipakaioleh guru dalammenyampaikankonsep, gagasan, danpengalaman yang ditangkapolehInderapandangdaninderapendengaran. Penekananutamadalampengajaraniniadalahpadanilaibelajar yang diperolehmelaluipengalamannyata, tidakhanyadidasarkanatas kata-kata belaka.

Pengajaran audio visual jugamempunyabeberapakelemahan yang samadenganpengajaran visual yaituTerlalumenekankanpentingnyamateriketimbang proses pengembangannyadantetapmemandangmateri audiovisual sebagaialat bantu guru dalammengajar.

  1. 3.      Komunikasi Audiovisual

Orientasiterhadap proses komunikasi yang diaplikasikandalamkegiataninstruksionaltelahmengubahkerangkateoritiskonsepteknologiinstruksional. Komunikasimerupakan proses yang dinamis, menunjukanunsur-unsur yang salingberhubungan, lebihbermaknadaripadasekedarbahandalammenyampaikanpesandarisumberkepadapenerimaanpesan.

Konsepkomunikasi audiovisual dipengaruhiolehaplikasikonsepsistem yang memandangsistemsebagaihasil yang lengkap, tersususn, terintegrasidalamsuatucarapenyajiantertentusehinggamerupakankegiatanpengajaranlengkapdenganpendayagunaanfasilitiaspelajaran yang optimal.

Komunikasi audiovisual meruapakancabangdariteoridanpraktekpendidikan yang mengkhususkandiri, terutamadalammerancangdanmenggunakanpesan yang akanmengendalikan proses belajar, antara lain:

  1. Mempelajaraikeunikandankekuatanpesannyatamaupuntersembunyi yang mungkinadadalam proses pengajaranuntukmaksudtertentu.
  2. Menyusundanmengatursecarasistematispesan-pesan yang akandisajikan, baikoleh orang maupundenganperalatan, dalam proses pengajaran.

Tujuanpraktisnyaadalahefisisensisetiapmetodedanalatkomunikasi yang mendukungpengembanganpotensiparasiswasecara optimal dalamkegiatanpengajaran.Dengandemikiankonsep audiovisual itumenyintesiskankonsep-konsepkomunikasi, sistem, komponenatauunsursistem, desainsistem, sertateoribelajar.

LANDASAN TEKNOLOGI PENGAJARAN

Published 31/07/2012 by syerelmediapembelajaran

LANDASAN TEKNOLOGI PENGAJARAN

  1. Landasan Filosofis

Konsep model pendidikan teknologis secara filosofis mirip dengan model pendidikan klasikal, yaitu bertumpu pada asumsi bahwa model pendidikan itu hendaknya merupakan suatu bentuk atau contoh utama dari masyrakat yang lebih luas sebagai hasil karya pendidikan. Dengan demikian maka dalam konteks masyarakat yang lebih luas, titik berat penekanannya ditunjukn kepada dimensi-dimensi, kecenderungan untuk timbulnya masyarakat teknologi.

Pendidikan teknologis memandang dunia sebagai suatu materi yang terkait oleh hukum-hukum sebab-akibat. Setiap kemungkinan adanya kekuatan “spritual” yang tidak bisa dibuktikan tidak perlu dipertimbangkan, tidak perlu dipikirkan atau dianalisis. Segala kenyataan itu bersifat kuantitatif, ditentukan oleh lingkungan melalui pengetahuan ilmiah.

Kurikulum teknologis berorientasi ke masa depan, yang memandang teknologi sebagai dunia yang dapat diamati serta diukur secara pasti. Kurikulum model teknologis memandang pendidikan sebagaian besar sebagai penyampaian informasi ketimbangan sebagai pewaris kebudayaan pada masa lamapau.

  1. Landasan Sosiologis

Berkomunikasi merupakan kegiatan manusia, sesuai dengan nalurinya yang selalu ingin berhubungan satu dengan yang lainnya, saling berinteraksi dan saling membutuhkan. Keinginan untuk berhubungan dengan sesamanya sesungguhnya merupakan naluri manusia yang ingin hidup berkelompok dan bermasyarakat. Adanya naluri tersebut, maka kokunikasi dapat diakatakan merupakan kegiatan hakiki dari kehidupan yang senantiasa hidup berkamsyarakat.

Komunikasi dipandang sebagai porses, yaitu suatu proses pengoperan dan penerimaan lambang-lambang yang mengandung makna. Dengan demikian, proses belajar-mengajar dilihat dari sudut pandang komunikasi tidak lain adalah proses penyampaia pesan, gagasan, fakta, makna, konsep, dan data yang sengaja dirancang sehingga dapat diterima oleh penerima pesan atau komunikan. Guru sebagai komunikator penyampaian pelajaran sebagai pesan kepada siswa-siswa sebagai komunikan. Selama komunikasi itu berjalan, terjadilah proses psikologis dimana terjadi kegiatan saling mempengaruhi diantara komunikator dan komunikan. Inilah yang lazim disebut interaksi. Wilbur Schramm menjabarkan pengertian umum komunikasi itu ke dalam tiga kategori pokok dengan beberapa istilah khasnya yaitu:

  1. Encoder (Peyandi)
  2. Sigh/signal (Tanda/Lambang)
  3. Decoder (Pemecah sandi)

Berdasarkan sandi yang dipergunakan dalam komunikasi dapat dibedakan dua bentuk komunikasi, yaitu komunikasi verbal dan non verbal.

Tujuan komunikasi dapat dibedakan menjadi 3 aspek yaitu :

  1. Bersifat informatif yang berhubungan dengan pikiran manuisa
  2. Bersifat persuasif yang berkaitan dengan unsur kejiwaan manusia
  3. Bersifat hiburan yang berhubungan dengan unsur kejiwaan manusia juga.

Beberapa prinsip di dalam komunikasi yang memegang peran penting untuk menjadikan proses komunikasi lebih efektif sehingga tujuan komunikasi bisa dicapai, yaitu makna di dalam proses komunikasi, gangguan di dalam komunikasi merpakan salah satu unsur yang dapat menghambat keefektifan komunikasi, peranan empati dalam proses komunikasi,dan konsep diri dalam proses komunikasi.

  1. Landasan Psikologi

Studi yang mempelajari tingkah laku individu ada pada psikologi. Oleh sebab itu teknologi pengajaran sebagai upaya membantu siswa dalam mencapai tujuna-tujuan pendidikan, dan pengajaran didasdasarkan atas psikologi. Dianatara canag-cabang psikologi yang paling erat kaitannya dnegan teknologi engajaran adalah psikologi belajar. Hal ini tidak berati bahwa cabang psikologi lainnya seperti psikologi perkembangan, psikologi kepribadian, dan psikologi sosial, tidak penting, namun kontribusi cabang psikologi tersebut tidak sekuat psikologi belajar. Psikologi belajar meletakan dasar-dasar bagi lahirnya teori belajar, yakni teori yang  beursaha menjelaskan dan menjawab pertanyaan mengapa terjadi perubahan tingkah laku pada individu. Teori belajar menajdi dasar dan nondasar bagi teori-teori pengajaran yang menjelaskan dan menjawab pertanyaan bagaimana terjadinya perubahan tingkah laku individu. Dengan perkataan lain, teori pengajaran bersumber dari teori belajar. Teknologi pengajaran pada hakikatnya adalah teori pengajaran seperti halnya teori kurikulum, teori adiministrasi pendidikan, teori bimbingan penyuluhan, teori penilaian, dan lain-lain. Itulah sebabnya salaha satu diantara landasan teori pengajaran atau teknologi pengajaran adalah psikologi pengajaran.

Pembuatan Chicken Nugget

Published 31/07/2012 by syerelmediapembelajaran

1.Pemisahan daging dari tulang

2.Penggilingan daging

3.Persiapan bumbu

4.Pencampuran daging dengan tepung dan bumbu

5.Pencetakan adonan

6.Pengukusan

7.Pendinginan dalam refrigerator selama 1 jam

8.Pemotongan

9.Penggulingan pada telur yang telah dicampur air

10.Penggulingan pada tepung roti yang telah di bumbui garam dan merica

11.Penggorengan