PENDEKATAN SISTEM DALAM TEKNOLOGI PENGAJARAN
Pendekatan sistem bidang- bidang pendidikan dan latihan, bila ditelusuri sejarahnya, sebenarnya ditemukan oleh Departemen Pertahanan AS dalam membangun angkatan perangnya, kemudian dimanfaatkan dalam bidang produksi komoditas industry. Aplikasinya terhadap bidamg tersebut telah berhasil dengan baik dalam membantu para manajer dalam merencanakan pengorganisasian seluruh staf dan mengendalikan berbagai sumber untuk mencapai seperangkat tujuan. Pendekatan sistem merupakan alat pengelolaan yang bisa membantu manajer dalam menguji seluruh aspek permasalahan, mengubungkan pengaruh seperangkat keputusan yang satu terhadap keputusan yang lainnnya.
Pendekatan sistem dalam pendidikan, bila dipergunakan secara hati-hati dan penuh perhitungan, sangat bermanfaat, yaitu antara lain:
- Hasil akhir suatu program pendidikan dan latihan sudah bisa diramal kemampuannya dalam mencapai hasil yang dikehendaki.
- Hasil akhir suatu program pendidikan dan latihan dapat diperbaikai dan disempurnakan berdasarkan infromasi yang diperoleh dari para siswa dan guru pada awal upayanya.
- Hasil akhir terdiri dari berbagai bentuk pengalaman belajar yang dihubunkan dengan prosedur pengajaran dan teknik-teknik evaluasi.
- Setiap bagian dari hasil akhir itu bisa dijelaskan dan keterangannya dapat dikemukakan pada saat itu juga.
Dengan demikian maka pendekatan sistem pada pengajaran dapat diartikan sebagai suatu cara yang sistematis dalam mengidentifikasikan, dan mengevaluasi seperangkat materi dan strategi instruksional yang diarahkan pada pencapaian tujuan pendidikan yang penting {Twelker. 1972:1}
- 1. Model Pengembangan Sistem Pengajaran
Model PPSI
Prosedur Pengembangan Sistem Intelektual atau PPSI merupakan perwujudan dari penerapan pendekatan sistem ke dalam sistem pendidikan kita, khusus dalam kurikulum SD, SMP, SMA dan SMK. Istilah “sistem instruksional” yang dipergunakan dalam PPSI menunjukan makna sistem, yaitu sebagai kesatuan yang terorgansisasi, yang terdiri dari sejumlah komponen yang saling bergantung satu sama lain dalam rangka mencapai tujuan yang telah dirumuskan sebelumnya. Sebaau suatu sistem, PPSI mengandung sejumlah komponen, antara lain materi, metode, dan evaluasi yang saling betinteraksi satu sama lain dalam mencapai tujuan pengajaran yang telah dirumuskan sebelumnya.
Pengembangan sistem instruksional PPSI mempunyai Lima langkah pokok. Langkah pertama sampai keempat adalah kegiatan pelaksanaan program, sedangkan langkah kelima merupakan kegiatan pelaksanaan program yang telah disusun secara sistematis.
Langkah pertama, adalah merumuskan tujuan intruksional khusus. Tujuan intruksional khusus merupakan rumusan mengenai kemampuan atau perilaku yang diharapkan dimiliki oleh para siswa sesduah mengikuti suatu program tertentu. Langkah kedua adalah menyusun alat evaluasi berdasarkan tujuan-tujuan instruksional. Fungsi evaluasi adalah untuk menilai sejauh mana para siswa telah menguasai kemampuan-kemampuan yang telah dirumuskan dalam tujuan instruksional khusus. Langkah ketiga adalah menentukan kegiatan belajat mengajar. Langkah keempat adalah merencanaka program kegiatan belajar mengajar dan Langkah kelima adalah melaksanakan program belajar mengajar melalui tiga fase, yaitu mengadakan prates dan evaluasi atau pascates.
Model Gerlach dan Ely
Model ini digunakan untuk menyusun perencanaan pengajaran dengan menggunakan sepuluh komponen yang harus terdapat didalam proses belajar mengajar. Komponen-komponen tersebut adalah:
- Perumusan tujuan instruksional secara spesifik
- Pemilihan materi dan ini pelajaran
- Penilaian perilaku awal siswa
- Penentuan strategi yang dipergunakan oleh guru
- Pengorganisasian para siswa ke dalam kelompok
- Pengadaan waktu
- Penyediaan ruangan belajar atau kelas
- Penyediaan sumber belajar yang tepat
- Penilaian penampilan siswa
- Penganalisisan umpan balik.
Model Bela H. Banathy
Model ini ditujukan bagi para pengembang sistem instruksional, urutannya dapat dilukiskan sebagai berikut:
Langkah pertama merumuskan tujuan isntruksional khusus, yaitu pernyataan mengenai kemampuan yang diharapkan dari para siswa dalam bentuk perilaku tertentu sesudah mereka mengikuti program pengajaran. Langkah kedua mengembangkan tes berdasarkan tujuan yang dikehendaki. Langkah ketiga menganalisis dan merumuskan kegiatan belajar setelah merumuskan tujuan instruksional khusus dan mengembangkan alat evaluasi. Langkah keempat merancang sistem pengajaran. Langkah kelima melaksanakan dan mengimplementasikandan mengontrol kualitas hasil. Langkah keenam mengadakan perbaikan berdasarkan hasil-hasil yang diperoleh dari evaluasi.
Model Jerold E. Kemp
Model ini merupakan sistem pengajaran yang sedrhana yang terdiri dari delapan langkah.
Langkah pertama merumuskan tujuan instruksional umum, yaitu tujuan yang hendak dicapai dalam mengajarkan pokok bahasan. Langkah kedua menganalisa karakteristik siswa guna mengetahui latar belakang pengetahuan dan sosial-budaya yang memungkinkan mereka dapat mengikuti program pengajaran serta langkah-langkah apa yang perlu diambil. Langkah ketiga merumuskan tujuan instruksional khusus, spesifik, operasional, dan terukur. Langkah keempat menentukan bahan pelajaran sesuai dengan tujuan instruksional khusus yang telah dirumuskan. Langkah kelima menentukan prates untuk mengetahui sejauh mana para siswa telah memenuhi prasyarat belajar yang dituntut untuk mengikuti program. Langkah keenam menentukan strategi-strategi belajar mengajar dan sumber belajar yang sesuai dengan tujuan instruksional khusus. Langkah ketujuh mengkoordinasikan sarana penunjang yang diperlukan meliputi biaya, fasilitas, peralatan, waktu dan tenaga. Langkah kedelapan mengadakan evaluasi guna mengontrol dan mengkaji keberhasilan program pengajaran secara keseluruhan yang meliputi siswa, program pengajaran, instrument evaluasi, dan strategi pengajaran.
Model IDI {Instructional Development Institute}
Pengembangan sistem instrukional model IDI ini terdiri dari tiga tahapan besar, yaitu merumuskan/ define, mengembangkan/ develop, dan menilai/evaluate. Memiliki Sembilan fungsi.
Fungsi pertama adalah mengidentifikasi masalah dengan cara menilai kebutuhan. Fungsi kedua adalah menganalisa keadaan yang meliputi karakteristik siswa, kondisi belajar serta sumber-sumber belajar yang relevan. Fungsi ketiga adalah mengatur pengelolaan berbagai tugas, tanggung jawab, serta waktu. Apa yang harus dikerjakan, oleh siapa, dan kapan dikerjakan. Fungsi keempat adalah mengidentifikasi tujuan instruksional yang hendak dicapai. Fungsi kelima adalah menentukan metode instruksional sebagai upaya untuk mencapai tujuan instruksional. Fungsi keenam adalah menyususn protipe program instruksional sesuai dengan tujuan instruksional khusus yang telah dirumuskan sebelumnya. Fungsi ketujuh adalah mengadakan uji coba protipe program instruksional kepada beberapa orang rekan sebagai sampel. Fungsi kedelapan adalah menganalisa hasil uji coba dari program protipe instruksional. Fungsi kesembilan adalah pelaksanaan atau implementasi bilamana menurut hasil analisa uji coba prototype program instruksional sudah memadai atau telah diperbaikai.
2. Model Teknologi Pengajaran Terhadap Pola-Pola Mengajar
Aplikasi pendekatan sistem dalam teknologi pengajaran memberikan pengaruh terhadap pola-pola pengajaran. Adanya berbagai komponen-komponen sistem pengajaran dan kombinasi diantara komponen-komponen sistem itu merupakan salah satu bentuk pengaruh tersebut. Berikut ini adalah pola-pola pengajaran yang bersifat tradisional. Dalam pola ini guru memegang peranan utama dalam menentukan isi dan metode pengajaran, termasuk dalam menilai kemajuan siswa. Jadi dalam pola pengajaran tradisional, guru merupakan satu-satunya sumber belajar.
Dalam praktek tidak dijumpai pola pengajaran yang ekstrim, sebab pola pengajaran tersebut saling melengkapi satu sama lainnya. Secara operasional penerapan pola pengajaran mempunyai ciri-ciri sebagai berikut.
- Adanya sarana fisik yang mengantarai penyajian materi pengajaran.
- Kegiatan pengajaran merupakan sistem dimana sara fisik merupakan komponen terpadu
- Adannya serangkaian pilihan yang menghendaki perubahan fisik tempat dan cara belajar.
Pengaruh lain dari teknologi pengajaran di dalam pendidikan adalah timbulnya perubahan dalam tingkat pengambilan keputusan pengajaran pada waktu media pengajaran dipandang sebagai alat bantu semata-mata. Perubahan dalam berbagai unsur dalam proses pendidikan misalnya:
- Isi kurikulum ditentukan bersama oleh pengembang bahan dan sistem pengajaran dengan ahli bidang studi
- Pola pengajaran tidak didasarkan atas interaksi guru-siswa saja, tetapi juga ada yang berinteraksi dengan media
- Evaluasi pengajaran lebih luas maknanya, yaitu selain menilai kemajuan belajar siswa, juga menilai tingkat keefektifan programnya.
- Peranan guru menjadi berubah, tidak lagi sebagai penyaji pelajaran, tidak lagi sebagai penyaji pelajaran, tidak membuat bahan pelajaran, dan tidak lagi menentukan nilai kemajuan siswa. Kewajiban utamanya adalah memberikan pengarahan, keteladanan, serta membangkitkan motivasi belajar kepada para siswa
- Adanya realokasi dana pendidikan memungkinkan penggunaaan biaya yang lebih efektif serta efisien
- Adanya keleluasaan dalam penggunaan lingkungan belajar, tidak terbatas pada ruangan jelas semata-mata.